Suara.com - Kabar kepailitan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), sebuah nama besar di industri tekstil Indonesia, telah mengguncang pasar.
Namun, di balik berita utama ini, terdapat pertanyaan yang lebih mendalam: apakah mungkin bagi Sritex untuk bertahan, ataukah "going concern" yang diharapkan justru akan berujung pada kesuraman?
Sritex, yang pernah menjadi simbol kejayaan industri tekstil nasional, kini harus berjuang melawan tumpukan utang dan kinerja keuangan yang memburuk. Ekspansi bisnis yang terlalu agresif, ditambah dengan pandemi COVID-19 yang melanda dunia, menjadi pukulan telak bagi perusahaan ini.
Akibatnya, Sritex kesulitan membayar kewajiban-kewajibannya, termasuk kepada para kreditur.
Dalam situasi seperti ini, opsi keberlangsungan usaha menjadi harapan bagi banyak pihak, termasuk karyawan dan para kreditur.
Manajemen Sritex sendiri akan melakukan analisa sebelum mengajukan rencana tentang keberlanjutan usaha pasca-putusan pailit dari pengadilan.
"Kita lihat data dulu seluruhnya, menganalisa ke depan seperti apa," kata Direktur Utama PT Sritex Iwan Kurniawan Lukminto di Semarang dikutip Suara.com Jumat (31/1/2025).
Dalam hati kecilnya, Iwan menyimpan harapan agar industri tekstil ini tetap berjalan. Namun, ia menyerahkan sepenuhnya kendali perusahaan kepada kurator jika memang memungkinkan untuk keberlanjutan usaha.
Pernyataan Iwan Lukminto ini pun mencerminkan betapa sulitnya situasi yang dihadapi Sritex saat ini. Di satu sisi, ada keinginan kuat untuk mempertahankan eksistensi perusahaan, yang telah menjadi tulang punggung ekonomi Jawa Tengah dan menyerap ribuan tenaga kerja. Di sisi lain, dirinya harus menelan pil pahit karena kepailitan yang saat ini ada di depan mata.
Baca Juga: Masih Punya Utang Puasa? Begini Aturan Qadha yang Benar
"Kalau bisa mengelola silakan saja," kata Iwan, jika kurator ingin masuk.
Di tengah kondisi yang sulit, harapan masih belum sepenuhnya pupus. Kurator pailit Sritex, Denny Ardiansyah, menyampaikan bahwa keberlanjutan usaha Sritex akan ditentukan oleh hasil uji kelayakan usaha yang dilakukan oleh auditor independen.
Uji kelayakan ini akan menilai apakah Sritex masih memiliki potensi untuk menghasilkan keuntungan dan membayar utang-utangnya.
Jika hasil uji kelayakan menunjukkan bahwa Sritex layak untuk beroperasi kembali, maka kurator akan menyusun rencana restrukturisasi utang dan operasional perusahaan.
Namun, proses ini tidak akan mudah dan membutuhkan dukungan dari semua pihak terkait, termasuk kreditur, manajemen, dan karyawan.
"Kalau harus berlanjut harus berdasarkan uji kelayakan usaha. Kurator siap menghadirkan auditor independen untuk melakukan uji kelayakan usaha Sritex," ucapnya.
Berdasarkan data utang Sritex per Semester I 2024, tercatat US$ 1,6 miliar atau setara Rp 25,12 triliun. Angka tersebut terdiri dari liabilitas jangka panjang US$ 1,47 miliar dan liabilitas jangka sebesar US$ 131,42 juta.
Dalam laporan itu juga disebut ekuitas PT Sritex telah mencatatkan defisiensi modal sebesar -US$ 980,56 juta.
Porsi paling besar dalam utang Sritex berada di bank. Hingga 30 Juni 2024, tercatat ada 28 bank yang memiliki tagihan kredit jangka panjang atas Sritex dengan nilai dengan nilai sebesar US$ 809,99 juta atau sekitar Rp 12,72 triliun.
Sritex sendiri dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang pada 21 Oktober lalu, tepatnya melalui Putusan Perkara Nomor 2/Pdt.Sus Homologasi/2024/PN Niaga Smg.
Pengadilan tersebut mengabulkan permohonan pembatalan perdamaian yang diajukan PT Indo Bharat Rayon, salah satu kreditur Sritex, perihal penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).
Tag
Berita Terkait
-
Kemenperin Bongkar Nilai Investasi Pabrik Apple ke Indonesia, Ternyata Cuma Rp 3,2 Triliun
-
Dituding Punya Utang Bank, Manajemen eFishery Sebut Semua Kewajiban Telah Tuntas
-
Bukan Jepang dan Indonesia: Ternyata di Sinilah Lokasi Pabrik Terbesar Toyota
-
Sepanjang 2024, Ada 1,56 Juta Unit HP Samsung Buatan Indonesia Ekspor ke Asia Tenggara
-
BUMN Ini Bakal Bangun Pabrik Soda Ash Pertama di Indonesia
Terpopuler
- Sritex: Hidup Segan Karena Utang, Going Concern pun Suram!
- Tol Layang Balikpapan-IKN Segera Dibangun, Target Rampung 2027
- Peluang Keberlanjutan Usaha, Ini Langkah Manajemen PT Sritex
- Pemkot Samarinda Akui Penanganan Banjir Belum Tuntas, Apa Kendalanya?
- Rans Entertainment 'Kecipratan' Proyek Kemenpar, Raffi Ahmad jadi Penghubung
Pilihan
-
Sritex: Hidup Segan Karena Utang, Going Concern pun Suram!
-
Rans Entertainment 'Kecipratan' Proyek Kemenpar, Raffi Ahmad jadi Penghubung
-
LHKPN Raffi Ahmad Lebih dari Rp1 Triliun, Jadi Pejabat Terkaya Keempat di Kabinet
-
Biaya Provisi BNI Melonjak 50 Persen, Sinyal Kredit Macet Sritex Mengintai?
-
Nusron Wahid Copot 6 Pejabat yang Terbitkan SHGB Pagar Laut Anak Usaha PIK 2
Terkini
-
Resmi! Kemenkum Akui Kepengurusan Dekopin Bambang Haryadi
-
5 Fakta BBM Shell Kosong Berhari-hari, Isu Hengkang dari Indonesia?
-
Tabel Pinjaman KUR BRI 2025, Penyaluran Tahun Ini Sudah Dibuka?
-
OJK Rilis Lima Aturan untuk Genjot Industri Perasuransian, Penjamin dan Dana Pensiun
-
Bisnis yang Manis Dihadirkan Cokelat nDalem Sebagai BRI UMKM EXPO(RT) 2025
-
Lewat BRI UMKM EXPO(RT) 2025, 4 Desainer RI Berbagi Kunci Sukses Industri Fashion
-
Memilih Antara Trading Aktif dan Investasi Pasif
-
Indonesia Gemar Impor Singkong
-
Kebijakan Efisiensi Presiden Prabowo Pada Anggaran dan Belanja Pemerintah Diapresiasi
-
Rans Entertainment 'Kecipratan' Proyek Kemenpar, Raffi Ahmad jadi Penghubung