Suara.com - Daya Anagata Nusantara (Danantara) terpantau menjadi trending topic di X. Hingga berita ini dipublikasikan pada Selasa (18/2/2025) pagi, kata kunci Danantara sudah diperbincangkan lebih dari 140 ribu kali.
Dalam trending tersebut, terungkap jejak digital Dahlan Iskan yang kembali viral. Jejak digital mantan Menteri BUMN itu berupa tulisannya yang menulis tentang sovereign wealth fund (SWF) platform miliknya, Disway.id.
Hal ini terlihat dari cuitan akun X @/zzzeen. Akun ini mengaitkan Danantara dengan Otoritas Investasi Nusantara, SWF ala Indonesia yang diungkap oleh Luhut Binsar Pandjaitan di era pemerintahan Jokowi.
"Apa itu danantara? Untuk bahasan rumit gini, saya selalu berharap Pak Dahlan Iskan bikin tulisan. Beliau memang andalan saya untuk menjelaskan hal-hal rumit dengan bahasa bayi. Alhamdullah, setelah beberapa bulan gak baca disway.id (meskipun dulu ikut cawe-cawe bikin web kelahirannya), hari ini sempet nengok dan menemukan beberapa tulisan tentang ini," cuit akun ini pada Senin (17/2/2025).
"Saya rangkum biar temen-temen gampang bacanya. Pertama baca ini sih: ‘SWF Nusantara’. Barusan saya cek lagi, tulisan (Dahlan Iskan) ini terbit pada 26 November 2020, sudah lebih 4 tahun lalu. Ide zaman Jokowi dengan panglima pak Luhut. Namanya masih Otoritas Investasi Nusantara," lanjutnya.
Menyadur dari Disway.id, Dahlan Iskan pada 2020 mewawancarai Luhut terkait apakah Indonesia memiliki SWF. Dan jika ada, apa namanya. Luhut pun menjawab bahwa Indonesia berencana membentuk SWF dengan nama Otoritas Investasi Nusantara.
"Tentu nama yang definitif masih harus kita tunggu. Yang akan tertuang dalam sebuah peraturan pemerintah, sebagai salah satu turunan UU Omnibus Law. Saya pun baru tahu bahwa pembentukan UU Omnibus Law itu ternyata dimaksudkan salah satunya untuk memayungi ide SWF itu," demikian tulisan Dahlan Iskan pada 2020 silam.
Opini Dahlan Iskan tentang Otoritas Investasi Nusantara pada 2020
Dalam tulisannya, Dahlan Iskan mengaku bahwa ide membentuk SWF di Indonesia memang terkesan dipaksakan. Kendati demikian, ia mendukung pembentukan Otoritas Investasi Nusantara demi kemajuan bangsa.
Baca Juga: Danantara Masuk Trending Topik, Netizen Soroti Nama Pengawasnya: Ada Finalis OCCRP
"Di Singapura SWF itu bernama Temasek. Di Tiongkok disebut CIC (China Investment Corporation). Arab Saudi juga punya: Public Investment Fund (PIF), yang dibentuk setelah Mohamad bin Salman menjadi putra mahkota dengan modal USD 380 miliar. Di banyak negara memang seperti itu," tulis Dahlan Iskan.
"Tentu ide pembentukan Otoritas Investasi Nusantara ini baik sekali. Memang saya berpendapat pembentukan SWF itu agak terlalu dipaksakan. Terutama dilihat dari kemampuan kita menempatkan modal di situ. Tapi saya juga setuju kita-kita ini sesekali perlu memaksa diri untuk bisa maju. Siapa tahu bisa," sambungnya.
Dahlan Iskan menjelaskan cara kerja Otoritas Investasi Nusantara di sejumlah negara. Biasanya, negara yang sukses menerapkan SWF adalah negara yang memiliki banyak uang atau surplus anggaran.
"Negara-negara (penganut SWF) memiliki terlalu banyak uang. Lalu mereka ingin punya uang lebih banyak lagi. Maka uang-uang itu harus beranak pinak dengan suburnya. Harus diinvestasikan yang menghasilkan 'anak' lebih tinggi dari bunga tabungan," jelasnya.
"Maka uang itu ditaruh di SWF. Lembaga SWF-lah yang memutar otak: mau diinvestasikan di mana uang lebih itu –agar untungnya lebih besar dari bunga bank. Begitulah mereka," tambah Dahlan Iskan.
Terlepas dari itu, Dahlan Iskan tetap mengkritisi rencana pembentukan Otoritas Investasi Nusantara. Menurutnya, kondisi keuangan Indonesia jauh berbeda dengan negara maju yang menerapkan SWF. Ia juga mempertanyakan aliran uang untuk menghidupkan Otoritas Investasi Nusantara.
"Kita lagi tidak kelebihan uang. Cadangan devisa kita masih dalam skala 'aman', bukan berlebihan. Itu pun masih mengandung sedikit waswas. Sebagian devisa itu datang dari sumber yang Anda tahu: pinjaman. Ekspor kita juga bukan lagi kuat-kuatnya yang sampai melebihi impor kita," paparnya.
"Bahkan kapan itu, berbulan-bulan, kita mengalami defisit neraca perdagangan. APBN kita juga bukan APBN yang surplus. Kita masih menganut APBN minus. Dan seterusnya. Lalu dari mana modal Otoritas Investasi Nusantara kita? Dari mana SWF kita itu dapat uang?" pungkas Dahlan Iskan.
Respons publik terkait jejak digital Dahlan Iskan
Jejak digital Dahlan Iskan itu pun menjadi sorotan tajam publik. Terbukti, cuitan seputar jejak digitalnya sudah mendapatkan atensi besar, dengan di-retweet 15 ribu kali dan disukai 43 ribu kali.
Warganet juga memberikan opini mereka terkait Danantara maupun tulisan Dahlan Iskan pada 2020 silam. Pro dan kontra pun bertebaran di kolom komentar.
"Saya kurang paham administrasi pemerintah, tapi apakah DPR ada kekuatan buat membatalkan ini?" tanya warganet.
"Gue bingung dah, kenapa maksa banget bikin Danantara sekarang di saat utang negara juga udah jatuh tempo? Katanya penghematan buat bayar utang, kok malah mau disetor ke Danantara?" tanya lainnya.
"Tulisan terkait SWF di cuitan pertama menarik untuk dibaca. Hanya saja, contoh negara yang digunakan, yaitu Arab dan Singapura memiliki kesamaan yang mungkin tidak begitu relevan dengan kita: perilaku koruptif," komentar warganet.
"Siapkan dulu deh UU Hukuman Mati untuk koruptor! Ini dana yang cukup besar sekali dikorupsi selesai itu barang. Belum lagi resiko investasinya! Ngeri-ngeri sedap ini barang!" saran warganet.
"Teorinya sih bagus, tapi kalau penegakan hukum dan mental SDM nya gak dibenahi mah sama aja, yang ada itu Danantara jadi tempat sarang penyamun. Mau buat embel-embel investasi lah bla bla bla, tapi jaminan kepercayaan dan keamanannya gak dikuatkan, padahal fundamental," tulis warganet.
Berita Terkait
-
Pandu Sjahrir Makin Santer jadi Bos Danantara, Muliaman D Hadad Disingkirkan?
-
Danantara vs INA: Apa Bedanya dan Mana yang Lebih Penting bagi Indonesia?
-
Keponakan Luhut Ikut Makan Siang Bareng Kabinet di Istana, Siap-siap Jadi Bos Danantara?
-
Menggema usai Band Sukatani Dibredel, "Bayar Polisi" Trending di X: Kok Takut Sama Lagu, Cemen!
-
Bayar Bayar Bayar Trending, Video Slank Nyanyi Lagu 'Polisi yang Baik Hati' Viral: Ini Majas Ironi
Terpopuler
- 5 Rekomendasi HP Rp 6 Jutaan Terbaru Februari 2025, Kamera Andalan!
- Pandu Sjahrir Makin Santer jadi Bos Danantara, Muliaman D Hadad Disingkirkan?
- Alat Berat Sudah Parkir, Smelter Nikel PT GNI yang Diresmikan Jokowi Terancam Tutup Pabrik
- Sah! OJK Cabut Izin Usaha Jiwasraya, Tak Singgung Nasib Nasabah
- Jokowi Sentil Megawati Usai Larang Kepala Daerah PDIP Ikut Retreat
Pilihan
-
Sejarah dan Makna Tradisi Nyekar Makam Sebelum Puasa Ramadan
-
Tanpa Calo! Ini Cara Membuat Paspor Sehari Jadi yang Resmi, Lengkap dengan Biayanya
-
Sejarah Lagu "Jangkrik Genggong" Sindiran Sosial Kota Semarang yang Masih Relevan hingga Sekarang
-
Cerita Nurhayati Subakat Pendiri PT Paragon yang Tak Pernah Flexing Kekayaan: Tergerak oleh Ceramah Buya Hamka
-
Dari Wardah Hingga Kahf: 14 Brand Kecantikan di Bawah Naungan PT Paragon Milik Nurhayati Subakat
Terkini
-
Dari Barcelona Hingga Madrid, Shandy Purnamasari Ajak Artis dan Elite Glowbal Ke Spanyol
-
Hipertensi Ancam Kesehatan Remaja, Ini Biang Keroknya!
-
Radiating Kindness, Koleksi Kolaboratif Giordano X RiaMiranda untuk Ramadan dan Idul Fitri 2025
-
Bingung Pilih Sepatu Lebaran? 5 Model untuk Wanita dan Remaja Ini Wajib Kamu Cek!
-
50 Desain Amplop Lebaran 2025 yang Unik, Modern, dan Kekinian!
-
3 Produk ASI Booster Terkenal yang Ternyata Terdaftar Bukan Buat Ibu Menyusui, BPOM Beri Sanksi
-
Inspirasi Baju Koko Lebaran: Temukan Model yang Sesuai Kepribadianmu!
-
Bingung Pilih Hampers Lebaran? 5 Ide Unik dan Berkesan di Sini!
-
Bye Sajadah Kusam! Tips Cuci Kinclong dan Inspirasi Model Lebaran 2025
-
Inspirasi Toples Kue Kering Lebaran: Dari Minimalis Hingga Mewah