100 Hari Gibran di Pemerintahan, Simbol atau Sekadar Bayangan?
Home > Detail

100 Hari Gibran di Pemerintahan, Simbol atau Sekadar Bayangan?

Chandra Iswinarno | Yaumal Asri Adi Hutasuhut

Jum'at, 24 Januari 2025 | 16:24 WIB

Suara.com - Tingginya apresiasi publik terhadap Pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka jelang 100 hari masa kerja mereka menjadi rekor baru dalam survei opini publik di Indonesia.

Berdasarlan hasil survei Litbang Kompas yang dirilis beberapa waktu lalu menunjukan, derajat kepuasan publik terhadap Pemerintahan Prabowo-Gibran mencapai 80,9 persen.

Apabila dibedah lagi, citra kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto mendapat prosentase yang tinggi, yakni 94,1 persen, jauh melampaui Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang hanya 79,9 persen.

Survei yang dilakukan Litbang Kompas tersebut ternyata berkebalikan dengan hasil riset lembaga penelitian Center of Economics and Law Studies atau Celios.

Dalam skala poin 1 sampai 10, pemerintahan saat ini mendapat rapor merah dalam 100 hari kerjanya. Terutama Gibran yang mendapat nilai 3 dalam konteks kinerjanya.

Apabila ditilik dari latar belakang responden, keduanya mengambil sampel responden yang berbeda.

Celios menyasar responden berasal dari kalangan profesional, dalam hal ini kelompok jurnalis. Sementara responden Litbang Kompas mayoritas merupakan pendukung Prabowo-Gibran pada Pilpres 2024 dengan prosentase respondennya mencapai 87,9 persen.

Dalam membaca hasil survei tersebut, Peneliti dari Populi Center, Dimas Ramadhan menilai perlu dilihat secara berbeda, apalagi responden yang digunakan juga berbeda.

Responden Celios yang merupakan kalangan jurnalis, kata Dimas, tentu memiliki informasi yang memadai sehingga mempunyai rujukan untuk memberikan penilaian kepada Gibran.

Sementara responden Litbang Kompas merupakan masyarakat pada umumnya yang kemungkinan memberikan penilaian karena faktor psikologis. Bahkan, bisa saja tidak memiliki informasi yang memadai soal kinerja Gibran selama 100 hari pertamanya sebagai wakil presiden.

"Orang Indonesia itu lebih ke like and dislike saja. Kalau mereka merasa senang dengan orang itu, ya, akan menghubungkan itu dengan kepuasan," kata Dimas kepada Suara.com, Jumat (24/1/2025).

Lebih lanjut, Dimas menilai survei Litbang Kompas harus dibaca secara menyeluruh. Sebab ditemukan adanya kecenderungan bahwa makin rendah status sosial dan ekonomi responden, semakin tinggi tingkat kepuasannya.

Made with Flourish

Setidaknya 84,7 persen responden berstatus ekonomi bawah mengaku puas dengan pemerintahan Prabowo-Gibran.

Sebaliknya tingkat kepuasan yang relatif rendah ditunjukkan oleh 67,9 persen responden berstatus sosial ekonomi atas, atau 70 persen responden dari kalangan berpendidikan tinggi. Sebab itu, Dimas melihat hasil survei Litbang Kompas tidak jauh berbeda dengan yang dihasilkan Celios.

Sudahkan Gibran jadi Representasi Anak Muda?

Berkaca dari berbagai kegiatan Gibran, Dimas belum melihat program-program yang merepresentasikan persoalan anak muda, sebagaimana citra yang dibangunnya saat masa kampanye dulu.

"Secara fisik barangkali, iya (anak muda). Tapi secara tindakan, itu belum terlihat diferensiasi yang jelas," ujar Dimas.

Dimas menyebut belum ada yang khas dari Gibran pada 100 hari pertama masa kerjanya. Bahkan, menurutnya, Gibran belum menunjukkan arah yang jelas.

"Ini sebenarnya yang mau dikawal oleh Gibran apa? Dalam rangka lima tahun ke depan. Satu visi dengan Presiden Prabowo, wakil presiden ini mengawal bagian apa? Bidangnya apa?" ujar Dimas.

Diakui Dimas, wakil presiden memang tidak selalu menonjol dalam pemerintahan. Namun, apabila melihat wakil presiden terdahulu, terlihat ciri khasnya masing-masing.

Ia mencontohkan, Ma'ruf Amin yang khas dengan ekonomi syariah, Boediono dengan latar belakangnya sebagai ekonom, dan Jusuf Kalla yang khas dengan kerja-kerja kemanusiaan seperti keterlibatannya di Palang Merah Indonesia.

Sementara apabila melihat berbagai aktivitas Gibran, masih tergolong sebagai kegiatan normatif pejabat pada umumnya.

Misalnya, ketika usai dilantik sebagai wakil presiden, tugas kenegaraan yang pertama kali dilakukan Gibran, yakni menerima kunjungan Perdana Menteri (PM) Republik Korea, Han Duck-soo di Istana Negara Jakarta pada 20 Oktober 2024.

Kemudian Gibran diperintahkan dua kali menggantikan presiden, selama Prabowo Subianto menjalani perjalanan dinas ke luar negeri.

Pertama, saat Prabowo ke Mesir untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) D-8 pada 17-19 Desember 2024.

Kedua, pada November 2024, saat Prabowo melakukan perjalanan ke beberapa negara, seperti ke Beijing menemui Presiden Cina, dan ke Washington bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

Selain itu, Gibran juga beberapa kali memantau pembangunan proyek nasional. Misalnya meninjau, pembangunan proyek MRT fase dua di kawasan Monumen Nasional (Monas) Jakarta, dan jalur Lintas Raya Terpadu (LRT) Fase 1B Velodrome-Manggarai.

Kemudian meninjau pembangunan Cibubur Youth Elite Sport Center (CYESC) di Jakarta Timur.

Selain itu, Gibran mengikuti metode sang ayah, Jokowi, yakni beberapa kali blusukan. Misalnya mengunjungi warga korban banjir di Kebon Pala, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur pada Kamis 28 November 2024.

Pada kegiatan tersebut Gibran, sempat menuai sorotan, karena bansos yang dibagikannya terdapat tulisan 'Bantuan Wapres Gibran.'

Wapres Gibran Rakabuming Raka saat menengok lokasi kebakaran di Kawasan Gempol, Kemayoran, Jakarta yang habis terbakar, Selasa (21/1/2025). [Foto: BPMI Setwapres]
Wapres Gibran Rakabuming Raka saat menengok lokasi kebakaran di Kawasan Gempol, Kemayoran, Jakarta yang habis terbakar, Selasa (21/1/2025). [Foto: BPMI Setwapres]

Terbaru Gibran mengunjungi lokasi kebakaran di Jalan Kemayoran Gempol, Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta pada 21 Januari 2025. Dalam kunjungannya Gibran membagikan mainan kepada anak-anak yang terdampak.

Selain itu, pelaksanaan program makan bergizi gratis atau MBG tak luput dari pemantauannya. Gibran turun ke sekolah-sekolah untuk memastikan program MBG tersalurkan dengan baik. Misalnya pada 20 Januari lalu, Gibran mendatangi SMA 60 Jakarta.

Pada awal pemerintahannya bersama Prabowo, Gibran membuat gebrakan dengan meluncurkan layanan pusat aduan bernama 'Lapor Mas Wapres.'

Namun, berbagai kritikan berdatangan karena gebrakan tersebut dinilai tidak efektif. Dimas menilai bahwa tidak ada yang spesial dari layanan itu, sebab di beberapa daerah sudah menjalankan program yang mirip.

"Tapi kalau lebih lebih spesifik lagi itu adalah wilayahnya kepala daerah, seperti bupati, gubernur. Kecuali memang laporan Gibran ini terintegrasi dengan sistem-sistem kanal-kanal pengaduan pemerintah daerah," ujar Dimas.

Lebih Banyak Diam?

Meski memiliki banyak kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, Gibran kerap memilih banyak diam saat berhadapan dengan media, dan cenderung menghindar.

Begitu juga dalam keterangan tertulisnya yang disebarkan tim komunikasi kantor wakil presiden, hanya berisi kegiatan, tanpa ada kutipan pernyataan dari Gibran.

Hal ini pula yang dinilai Koordinator Komite Pemilih Indonesia Jeirry Sumampow bahwa dalam satu bulan terakhir, Mantan Wali Kota Solo itu lebih banyak memilih diam. Dia pun menilai hal itu menunjukkan tidak adanya koordinasi dan tugas yang jelas untuk dijalankan Gibran.

Sementara itu, Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio mengungkapkan hal sama.

Dia mempertanyakan bagaimana sebenarnya komunikasi yang terjalin antara Gibran dengan Prabowo. Padahal antara Prabowo dan Jokowi, ayah Gibran, hubungan keduanya cukup intens.

"Ini tadi saya sebutkan, ada komunikasi yang baik sekali antara Pak Prabowo dengan Pak Jokowi. Tapi apakah ada komunikasi yang baik antara Prabowo dengan anaknya Jokowi itu masih misteri," ujarnya.

Terbaru
Wacana Amnesti untuk Tahan Politik: Solusi atau Ilusi Penyelesaian Konflik di Papua?
polemik

Wacana Amnesti untuk Tahan Politik: Solusi atau Ilusi Penyelesaian Konflik di Papua?

Jum'at, 24 Januari 2025 | 13:42 WIB

Ini bukan solusi akhir untuk mengakhiri kekerasan dan konflik bersenjata di Papua.

Jebakan Wakil Rakyat Menggiring Kampus ke Lubang Tambang polemik

Jebakan Wakil Rakyat Menggiring Kampus ke Lubang Tambang

Jum'at, 24 Januari 2025 | 10:01 WIB

Ia beralasan bahwa biaya kuliah setiap mahasiswa di perguruan tinggi negeri (PTN) belum sepenuhnya ditanggung negara.

Jebakan Wakil Rakyat Menggiring Kampus ke Lubang Tambang polemik

Jebakan Wakil Rakyat Menggiring Kampus ke Lubang Tambang

Jum'at, 24 Januari 2025 | 10:01 WIB

Ia beralasan bahwa biaya kuliah setiap mahasiswa di perguruan tinggi negeri (PTN) belum sepenuhnya ditanggung negara.

Berkinerja Buruk Hingga Jadi Beban Kabinet, Ini Daftar Menteri Layak Reshuffle polemik

Berkinerja Buruk Hingga Jadi Beban Kabinet, Ini Daftar Menteri Layak Reshuffle

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:05 WIB

Dalam studi Celios bertajuk 'Rapor 100 Hari Prabowo-Gibran' menghasilkan sejumlah rekomendasi, salah satunya terkait menteri yang dinilai berkinerja buruk dan layak diganti.

Potensi Money Laundering di Balik Wacana Kampus Kelola Konsesi Tambang polemik

Potensi Money Laundering di Balik Wacana Kampus Kelola Konsesi Tambang

Kamis, 23 Januari 2025 | 18:48 WIB

Konsesi tambang kepada perguruan tinggi dalam bentuk Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) berpotensi disalahgunakan oleh perusahaan untuk menghindari pajak.

Rapor Merah 100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran: Sederet Menteri Berkinerja Buruk hingga Tak Terlihat Kerja polemik

Rapor Merah 100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran: Sederet Menteri Berkinerja Buruk hingga Tak Terlihat Kerja

Kamis, 23 Januari 2025 | 13:21 WIB

Dalam laporan Rapor 100 Hari Prabowo-Gibran, Celios menyoroti lima menteri dengan kinerja terburuk.

Menanti Sabda Presiden di 100 Hari Pertama; Satryo di Ujung Tanduk, Listyo dalam Bayang-bayang? polemik

Menanti Sabda Presiden di 100 Hari Pertama; Satryo di Ujung Tanduk, Listyo dalam Bayang-bayang?

Kamis, 23 Januari 2025 | 09:16 WIB

Desas-desus reshuffle mulai terdengar jelang 100 hari Pemerintahan Prabowo-Gibran. Siapa yang bakal terdepak?